Senin, 12 November 2012

Kisah Perjalanan Hidup Bersama Allah 3 Yusuf Mansur

Selamat pagi sahabatku semua yang dirahmati allah, hingga hari ini kita masih diberi kesempatan untuk bisa menjadi hamba-hamba allah yang senantiasa untuk selalu menjalankan perintahnya dan menjauhi semua laranganya, Kali ini Kumpulanustad.blogspot.com akan Melajutkan tentang cerita kemaren tentang 

Kisah Perjalanan Hidup Bersama Allah 2 Yusuf Mansur

kali ini saya akan melanjutkan postingan dari Kisah Perjalanan Hidup Bersama Allah 3 Yusuf Mansur
Habis dijawab tidur sama saya, istri yang kebingungan, tetep sami'naa wa atho'na. He he, saya geli kalo inget ini. Saya pun aslinya kebingungan. Saya masuk ke kamar yang asing buat saya. Diikuti sama istri saya. Sambil bawa bantal di tangannya, he he he. Diikuti istri saya, sebab saya yang duluan masuk.
Kamar dengan lampu 10 watt itu tidak berlantai keramik. Lantainya tanah. Saya lupa apakah saat itu, 1999, Tangerang masih Jabar atau sudah Banten. Dua-duanya, wajar. Wajar apa? Ya, jika Tangerang masuk Jabar, maka Tangerang adalah dulu termasuk ujungnya Jabar. Wajar saja geliat pertumbuhan ekonomi tidak terlalu cantik dilihat. Kalo pun udah masuk Banten, mestilah dulu juga wajar belom kepikiran sebab masih di awal-awal.

Saya mengingat, Kampung Ketapang baru pada punya TV itu tahun 2000. Tahun 1999 hanya 1-2 yang punya. Subhaanallaah kan? Dan mestinya malah alhamdulillah. Adem. Adem ga ada tv, he he he. Ga ketergantungan dengan tv seperti sekarang.

Dulu, di Kampung Ketapang dingin. Tidur malem itu kalo ga pake baju, kedinginan. Itu juga mesti pake kaos kaki. Pohon di mana-mana. Rindang. Kebun-kebun, sawah, masih belom diganti dengan perumahan-perumahan baru nan angkuh, dan kontrakan-kontrakan yang ga berstuktur bangunan dan perwajahannya.

Kalo udah maghrib dateng, senyap sekali. Alhamdulillah ini di tanah Betawi. Banyak anak-anak mengaji, dan suaranya dominan. Hiburan terheboh buat warga kampung saat itu adalah layar tancep. Itu juga buat yang punya duit.

Saya ada di dalam kamar. Dan kamar itu bukan kamar saya. Itu kamar istri saya, peninggalan almarhum ayahnya. Udah gitu, sekarang saya udah jadi suami! Woooyyyy.... Saya udah jadi suami. Gemeteran. Asli. Ga tahu musti ngapain.

Istri saya itu diceritakan oleh ibunya, dan oleh nenek-neneknya adalah termasuk anak perempuan kampung yang selalu menjaga pandangannya. Tangannya pun tidak pernah menyentuh dan disentuh laki-laki yang bukan muhrim. Selain tentu saja suasana gadis kampung beda dengan gadis-gadis sekarang. Sekarang bisa jadi udah ga ada batasan kampung lagi. Relatif sudah maju, dan malah sudah terpengaruh dengan tv. Dan tentu saja, karena faktor usianya Maemunah. Baru 14th. Baru kelas 3 SMP.


Maemunah cerita ke saya, kalo beliau itu baru tahu wajah saya setelah 6(enam) bulan menikah. Beliau cerita, beliau ga pernah berani mandang wajah saya.
Jangan nanya tentang "malam pertama" ya... He he, puanjang perjalanannya. Beda lah dengan anak-anak sekarang. Malam pertamanya langsung jadi. Bahkan ada yang malam pertamanya jauh sebelom akad! Astaghfirullah. Tapi ya itulah kenyataan. 

Sungguh saya saat itu saya mau mengadu, bertanya. Tapi ga tahu musti nanya siapa. 
Apa pertanyaan yang mau ditanya? Sampe-sampe koq ga tahu musti nanya siapa?
Ya, sebab malu nanyanya. Pertanyaan seputar gimana caranya "ibadah" dengan istri. Ga paham dari mana mulainya. Duh. Saya tidur bersama dengan doa. Doa agar rumah tangga kami menjadi rumah tangga yang aman dari kejaran hutang dan permasalahan.
Loh? Koq to the point gitu?

Masya Allah. Kalo saya mengenang, saya itu masuk ke gerbang pernikahan dengan deg-degan. Belom saatnya saya berumah tangga. Dan itu lebih disebabkan bukan karena umur Maemunah. Tapi lebih pada diri saya masih banyak masalah hutang dan persoalan-persoalan hidup yang pelik buat saya. Nyangkut urusan perdata dan pidana.
Tapi saya kasih tahu istri saya dan mertua, bahwa insya Allah dengan ibadah dan doa, semua insya Allah bisa dilewati.

(bersambung).

semoga bermanfaat buat motivasi kita 
salam admin

kumpulanustad.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima Kasih atas komentar anda..